Minggu, 31 Mei 2015

PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN KELAUTAN DI INDONESIA


Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau yang mencapai 17.508 dan panjang garis pantai lebih dari 90.000 km (DKP, 2013). Keadaan ini menyebabkan kawasan pesisir menjadi andalan sumber pendapatan bagi masyarakat indonesia. Dengan keberadaan hutan mangrove yang terluas didunia, terumbu karang yang eksotik, rumput laut yang terhampar dihampir sepanjang pantai, sumber perikanan yang tidak ternilai banyaknya dan keadaan lahan yang relatif subur untuk pertanian menyebabkan tekanan terhadap wilayah pesisr semakin besar.
Wilayah pesisr juga merupakan daerah yang terpadat penduduknya. Sekitar 140 juta jiwa atau 60% penduduk Indonesia tinggal diwilayah pesisir (DKP, 2008). Selain faktor dari manusia, perubahan iklim global juga meningkatkan tekanan terhadap wilayah pesisr melalui semakin meningkatnya muka air laut akibat pemanasan global.
Pengelolaan wilayah pesisir harus dilakukan secara cepat dan tepat dengan memanfaatkan data yang kontinyu dan teknologi yang mampu menggambarkan wilayah pesisir dengan baik. Integrasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geospasial (SIG) merupakan salah satu cara untuk mengelola wilyah pesisr dengan data yang kontinyu dan sebaran spasial yang bisa menampilkan secara sederhana bentuk kawasan peisisir. Secara sederhana intergrasi antara penginderaan jauh dan SIG dapat memetakan kondisi wilayah pesisir sehingga dapat dipantau kondisinya.
Penginderaan jauh merupakan suatu metode untuk pengenalan dan penentuan objek dipermukaan bumi tanpa harus melakukan kontak langsung dengan objek tersebut. Data pengunderaan ajauh dapat bersifat kontinyu karena mempunyai resolusi temporal, dapat digunakan untuk berbagai aplikasi karena resolusi spektralnya dan ditampilkan dalam berbagai bentuk skala karena resolusi spasilanya.
Di Indonesia pemanfaatan Penginderaan Jauh dan SIG untuk analisis dan kajian wilayah pesisir dan lautan telah banyak dilakukan oleh Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), maupun para akademisi perguruan tinggi yang menggeluti dibidang pemetaan dan optimalisasi pemanfaatan pesisir dan kelautan.

Pemanfaatan penginderaan jauh untuk kawasan Pesisir di Indonesia ada 4 yaitu;

1.     Pemetaaan, Identifikasi dan inventarisasi Sumberdaya Pesisir dan Laut

Langkah optimalisasi pengembangan atau eksploitasi sumberdaya pesisir dan kelautan dengan dilakukannya kegiatan inventarisasi yang berguna untuk mengetahui jenis, letak dan nilai ekonomis sumberdaya. Selain pemanfaatan penginderaan jauh dan SIG untuk desiminasi informasi geospasial pulau dapat pula data satelit penginderaan jauh untuk inventarisasi sumberdaya kelautan adalah pengukuran suhu permukaan laut.


Sebaran Konsentrasi Klorofil-a Dari Data MODIS 23 September 2014

2.     Kesesuaian Pemanfaatan Pesisir dan Pengembangan Budidaya Laut

Dengan kepemilikian lautan yang luas dan pulau-pulau yang memilki karakter tersendiri, mengandung potensi perikanan dan potensi hasil laut lainnya yang melimpah, dan untuk menjaga keberlanjutannya diperlukan pembudidayaan yang tepat. Informasi yang berkaitan dengan pengembangan budidaya laut diantaranya adalah informasi lokasi ideal bagi pengembangan budidaya laut. Berikut ini beberapa contoh peran penginderaan jauh dan SIG dalam penentuan kesesuaian kawasan dan pengembangan budidaya laut:

a.       Keramba jaring tangkap dan Rumput Laut
Keramba jaring tangkap merupakan salah satu cara budidaya ikan di laut dan budidaya rumput laut banyak digemari oleh masyarakat pesisir karena jika dikembangkan dengan optimal akan menghasilkan pendapatan yang tinggi. data penginderaan jauh dan SIG dalam penentuan lokasi untuk kesesuaian budidaya  keramba jaring tangkap dan rumput laut di Pulau Bunguran Kabupaten Natuna, dengan perolehan dominansi kesesuaian kawasan untuk kegiatan keramba jaring tangkap dan rumput laut berada pada kelas sesuai sebesar 49,4%, kemudian kelas sangat sesuai sebesar 31,1% dan tidak sesuai sebesar 19,5%.





b.      Budidaya Kerang Mutiara
Mutiara merupakan salah satu komoditas ekspor penting bagi Indonesia dengan potensi nilai ekonomi sebesar 120 juta US$ per tahun. Namun saat ini budidaya kerang mutiara masih terbatas di Indonesia bagian timur, terutama Maluku dan Nusa
Tenggara. Maka diperlukan analisis lokasi kesesuaian budidaya kerang mutiara untuk Indonesia bagian barat dan tengah, seperti budidaya kerang mutiara di Kepulauan Kangean Madura, dengan menggunakan kombinasi antara citra satelit Landsat ETM/7 dan survey lapangan yang kemudian diolah dengan menggunakan SIG. Hasil analisa kesesuaian untuk budidaya kerang mutiara perairan Kepulauan Kangean Madura menunjukkan bahwa sekitar 27,89% dari luas wilayah perairan memil tingkat kesesuaian yang sedang hingga baik.

Hasil Analisa Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Kerang Mutiara di Kepulauan Kangean Madura

c.       Tambak
Tambah merupakan aktivitas budidaya laut yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat pesisir, namun saat ini banyak didapati kemunduran lingkungan akibat perencanaan lokasi dan pengelolaan tambak yang tidak sesuai dengan peruntukan seharusnya. Penelitian mengenai kesesuaian pesisir untuk budidaya tambak telah dilakukan oleh Najmudin (2003) di Pesisir Kabupaten Ciamis. Dengan menggunakan SIG dari Citra Landsat-TM dan biofisik kimia lahan, didapatkan hasil analisis bahwa pesisir Kabupaten Ciamis memiliki lahan yang potensial untuk budidaya tambak khususnya udang, yaitu seluas 107, 1 Km2 atau sekitar 22,25%.
Peta Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Tambak


d.      Wisata Bahari
Lautan lainnya adalah pemanfaatan dalam bidang wisata, pemanfaatan ini agaknya mulai banyak disadari oleh masyarakat Indonesia, yang mulai berlomba-lomba dalam melakukan marketing wisata bagi wilayah pesisirnya, namun perlu dicermati kesesuaiannya agar terjadi keberlanjutan bagi pengembangan wisata nantinya, Pemanfaatan teknologi Penginderaan Jauh dan SIG untuk penentuan lokasi pariwisata bahari Kemudian dengan SIG ditentukan lokasi yang sesuai untuk wisata bahari seperti diving dan snorkeling.

3.     Monitoring Ekosistem Pesisir dan Laut
Sebagai contoh penggunaan penginderaan jauh dalam monitoring perubahan ekosistem pesisir dan laut adalah sebagai berikut:

a.       Monitoring Hutan Mangrove
Hutan Mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang banyak memberikan manfaat baik secara ekonomi, sosial dan budaya maupun lingkungan pada masyarakat setempat, misalnya hutan mangrove digunakan sebagai pelindung daratan dari kuatnya gelombang laut yang dapat mengakibatkan abrasi, mengurangi kerusakan akibat gelombang tsunami, dapat pula dimanfaatkan untuk pembuatan sirup ataupun keripik yang tentunya dieksploitasi secara berkelanjutan.  Penelitian mengenai monitoring hutan mangrove, salah satunya telah dilakukan  di area Delta Sungai Wulan Kabupaten Demak.
Data penginderaan jauh yang digunakan adalah Citra Landsat TM tahun 1994, Citra Landsat ETM tahun 2002, dan Citra ALOS tahun 2010.
Monitoring Hutan Mangrove di Area Delta Sungai Wulan
Kabupaten Demak

b.      Monitoring Terumbu Karang
Penelitian yang memanfaatkan Citra Satelit SPOT 5 resolusi 10 meter dan data kedalaman perairan. Citra tersebut dapat digunakan untuk mengkelaskan obyek dasar. dimana terjadi kerusakan berat sebesar 25-40% yang berada di kedalaman 0-10 meter. Dengan diketahuinya kerusakan tersebut maka dapat diketahui langkah konservasi penyelamatan terumbu karang yang tepat.
Peta kedalaman versus kondisi terumbu karang di Taman Wisata
Alam Laut Kapoposang Sulawesi Selatan

4.     Pengembangan Sistem Pertahanan Negara Maritim
Teknologi Penginderaan Jauh da SIG tidak hanya digunakan untuk pengembangan sektor kelautan namun mampu digunakan pula dalam pengembangan pertahanan Negara Indonesia, sebagai negara maritim terbesar di dunia. Dapat dimanfaatkan untuk Pertahanan Negara dan Operasi Keamanan Laut dengan memanfaatkan Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI), informasi ZPPI sebagai daerah penangkapan dengan intensitas yang tinggi dapat diperkirakan berpotensi terjadinya gangguan keamanan seperti illegal fishing. Dengan penginderaan jauh dapat pula digunakan untuk melakukan identifikasi dan monitoring objek penting semisal pangkalan angkatan laut miliki negara, kondisi pulau-pulau terluar agar aman dari penyusupan.

Muhammad Nur Abrianto
12/333733/TK/40076

Daftar Pustaka:
·         Geoedukasi Volume III Nomor 2, Oktober 2014, Shalihati, S.F.,

Minggu, 24 Mei 2015

Pulau Pulau Kecil di Indonesia yang Indah

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 pulau. Dari jumlah tersebut ternyata hanya 12,38 % atau sekitar 2.342 pulau saja yang berpenghuni. Sisanya 87,62 % atau sebanyak 15.337 pulau tidak berpenghuni. Demikian disampaikan Sudirman Saad, Dirjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dan inilah beberapa pulau yang indah di Indonesia.
1. Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat
Untuk bisa mencapai Raja Ampat, Anda harus membeli tiket ke Sorong dari Jakarta dengan waktu penerbangan 6 jam, transit di Makassar atau Manado. Setelah tiba di Sorong, Anda harus menaiki kapal dengan tempuh waktu 3 jam.
Anda akan dihadapi dengan dua pilihan saat ingin menikmati wisata alam Kepulauan Raja Ampat. Pilihannya untuk tinggal di sebuah resort atau tinggal di sebuah kapal pinisi yang sudah dimodifikasi. Untuk dapat menikmati wisata Raja Ampat selama sepekan dengan menggunakan kapal pinisi, Anda harus membayar lebih dari Rp100 juta dengan kapasitas penumpang 14 orang.
Raja Ampat    
2. Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur
Tidak ada cara lebih baik untuk mendapatkan keindahan bahari Derawan, kecuali mencelupkan diri ke bawah laut, baik itu dengan menyelam ataupun sekadar snorkeling. Melengkapi istirahat, Anda bisa menikmati hamparan pasir di Gosong yang letaknya hanya 5 menit dari Pulau Derawan.
Kehidupan bawah laut di sini luar biasa, Anda akan temukan kura-kura raksasa, lumba-lumba, ikan pari, duyung, barakuda, serta ubur-ubur stingless. Ikan Hiu Derawan di sini merupakan salah satu keragaman hayati yang berharga. Dan tak hanya itu, beberapa spesies unik dan dilindungi ada di sini, kepiting kepala, ikan paus, lumba-lumba, dan duyung.
Kepulauan Derawan
3.Pulau Kepa, Nusa Tenggara Timur
Pantai Pulau Kepa terletak di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau Kepa sendiri merupakan sebuah pulau kecil yang berjarak sekitar 30 menit perjalanan dari Kota Kalabahi, Ibu Kota Kepulauan Alor. Pulau ini dikenal juga dengan sebutan “a Pettite” Kepa yang berarti Kepa Kecil. Sebuah pantai yang menawarkan kejernihan air, keputihan pasir, dan ketenangan alam.
Selain dapat menikmati pemandangan nan eksotik dari pantai ini, para wisatawan dapat juga melakukan kegiatan snorkling ataupun diving. Kegiatansnorkling dapat dilakukan kurang lebih setengah hari. Biayanya pun lumayan terjangkau, yakni kurang lebih sebesar Rp50.000 per orang. Harga diving untuk per orang kurang lebih sekitar 26 €/dive atau dapat memilih harga paket yang ditawarkan, yakni berkisar 56 € untuk dua orang (selama satu hari).
4. Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah
Pulau ini memiliki berbagai julukan, pulau liburan, Paradise of Java, atau Carribean van Java. Ada tiga pilihan kapal yang dapat membawa Anda ke tempat wisata ini, yaitu kapal motor cepat Kartini; waktu tempuh 4 jam, kapal Bahari Expres; waktu tempuh 2 jam, dan kapal motor penumpang Muria; waktu tempuh kurang lebih 6 jam dari Pelabuhan Kartini.
Kegiatan yang bisa Anda lakukan di Karimunjawa, tidak hanya scuba diving, snorkeling, berenang, dan memancing. Anda bisa juga menikmati, berkeliling pulau, melihat penangkaran hiu, trekking hutan mangrove.
 Kepulauan Karimunjawa
5. Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara
Anda bisa menggunakan pesawat dari Jakarta menuju Wakatobi dengan tujuan Kendari, kemudian melanjutkan dengan kapal langsung ke Wanci di Pulau Wangi-Wangi. Kapal reguler menuju Pulau Wangi-Wangi berangkat tiap pagi pukul 10.00 dan akan tiba di tujuan sekitar 10 sampai 12 jam kemudian. Dari Wangi-Wangi, perjalanan ke pulau-pulau lain bisa ditempuh dengan perahu-perahu sewaan atau perahu reguler yang sederhana, tetapi cukup aman.
Waktu terbaik untuk berkunjung ke Taman Nasional Wakatobi adalah dari April-Juni dan Oktober-Desember setiap tahun. Beberapa kegiatan yang pasti bisa Anda lakukan di sini mulai dari menyelam, snorkeling, dan berenang untuk melihat gugusan terumbu karang yang indah dan berbagai biota laut.
Kepulauan Wakatobi banyak terumbu karang
6. Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, Jakarta
Pulau Tidung kini menjadi prestise bagi para wisatawan baik asing maupun domestik. Ini tak lain karena keindahan, desir angin pantai nan sepoi, biru airnya nan jernih, dan terutama terumbu karang nya nan mempesona.
Untuk mencapai ke Pulau Tidung, satu-satunya prasarana transportasi saat ini memungkinkan adalah melalui jalur laut, yakni menggunakan sarana kapal. Setidaknya ada tiga macam  kapal,   Kapal Ferry (dari Pel. Angke) dan Kapal Cepat (dari Pel. Kaliadem di Angke). Dari kesemuanya, fasilitas wisata Pulau Tidung yang kini menjadi favorit adalah Wisata Terumbu Karang dengan aktivitas Watersport Pulau Tidung yakni snorkeling dandiving.
7. Kepulauan Gili Terawangan, Lombok
Nikmati keindahan dunia bawah laut di pulau-pulau Gili tidak lah selalu murah. Jadi ketika merencanakan liburan, pastikan Anda memersiapkan anggaran khusus untuk menyewa peralatan dan instruktur menyelam. Selama musim liburan yang ramai antara Juni-Agustus, pulau-pulau di Gili penuh, jadi pastikan Anda membuat reservasi setidaknya empat bulan sebelumnya.
Jelajahi keindahan kehidupan bawah laut dan snorkel di koral-koral yang berwarna biru. Koral jenis ini hanya dapat ditemukan di pulau-pulau Gili dan Laut Karibia. Coba beranikan diri Anda jelajahi Turtle Point di Gili Meno, sebuah tempat terbaik untuk melihat penyu laut. Ceburkan diri Anda dan menyelam lah di Dinding Meno di Gili Trawangan di kedalaman 18-20 m, maka Anda akan menemui ikan hiu putih, mantarays dan penyu.
Gili Terawangan


Minggu, 29 Maret 2015

POROS MARITIM DUNIA DIMULAI DARI SAMUDERA HINDIA

Monumen Monjaya

Berkat perjuangan Djuanda Kartawidjaja yang mencetuskan deklasai Djuanda 13 Desember 1957, akhirnya luas wilayah Indonesia bertambah dua kali lipat dari sebelumnya, dari 2.027.087 Km  persegi menjadi 5.193.250 Km persegi deklarasi yang menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia termasuk perairan sekitarnya dari kepulauan Indonesaia, membuat dunia mengakui bahwa bangsa ini adalah negara yang berdaulat. Padahal sebelumnya Deklarasi Djuanda dicanangkan , wilayah Indonesia mengacu pada Ordonansi Hindia Belanda 1939. Pulau pulau di Indonesia hanya memiliki lautan di sekeliling wilayah sejauh 3 mil dar garis pantai. Dengan demikianb kapal asing boleh dengan bebas melintas laut yang memisahkan pulau pulau tersebut. Dengan adanya kedaulatan Indonesia dalam menguasai lautnya sekarang ssatnya mewujudkan Indonesia poros maritim dunia.
Poros Maritim sebenarnya bukan barang baru di Indonesia. Tercatat pada zaman kerajaan Sriwijaya tahun 860 Masehi, Indonesia yang saat itu dikenal dengan Nusantara sangat berdaulat di bidang kelautan / kemaritiman berkat armada laut yang kuat dan perdagangan laut yang besar di Nusantara.
Melalui program Poros Maritim yg bermaksud untuk mengembalikan kejayaan Indonesia di bidang laut. Terutama dengan posisi Indonesia yang sangat strategis diapit dua benua Asia-Australia dan diantara samudra Hindia-Pasifik. Sebagai poros maritim Indonesia berkepentingan untuk ikut menentukan masa depan kawasan Pasifik dan Samudra Hindia. Luasnya Indonesia yang diapit oleh dua samudera besar yaitu Hindia dan Pasifik adalah anugerah snag pencipta yang harus disyukuri untuk dikelola dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa.
Akan tetapi ternyata Indonesia belum memanfaatkan sepenuhnya potensi kelautan yang ada di Samudera Hindia karena kebijakan pembangunan masih berorientasi ke pantai timur Sumatera dan pantai utara Jawa. Menurut fakta bahwa tidak kurang dari 65 persen minyak mentah dunia, 53 persen gas alam, 80,7 persen emas, 55 persen timah dan 77,3 persen karet alam terdapat di Samudera Hindia dan Negara Negara yang berbatasan denganya. Tidak hanya itu sepertiga dari total penduduk dunia ada sekitar 2 milyar jiwa berada di negara negara sekitar Smudera Hindia. Bahkan dari aspek pelayaran, lalu lintas perdagangan di samudra Hindia naik 470 persen dari tahun 1970 dan di perkirakan akan terus naik sampai 3 kali lipat sampai 30 tahun kedepan. Namun Indonesia sepertinya masih memunggungi Samudera inio dan belum memanfaatkan potensinya secara optimal.Jika diperhatikan peta wilayah Indonesia maka hamper sebagian besar menghadap ke Samudera Hindia dibandingkan dengan Samudra Pasifik. Di Samudra Hindia juga berpotensi akan hasil perikanan berupa ikan tuna sirip biru yang mahal harganya, selain itu juga terdapat sumber gas metana yang dapat dijadikan sumber energi alternatif pengganti bahan bakar minyak.


Oleh sebab itu sudah saatnya kita menjadikan Samudera Hindia sebagai bagian dari halaman depan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperkuat dan meningkatkan kebijakan pemerintah. Samudera Hindia merupakan kawasan yang penting dimana sekitar 100 ribu kapal melintas tiap tahunya dengan nilai perdagangan mencapai 1,3 triliun dolar Amerika Serikat danpertumbuhan 9,3 persen per tahun.  Kondisi perikanan di Samudera Hindia pun masih menjanjikan dibandingkan dengan Samudera lain yang mengalami penurunan. Untuk itu dalam memaksimalkan pengelolaan samudera hindia didirikan IORA (Indian Ocean Regional Asosiation) pada Maret 1997 dengan Negara Negara pendiri seperti Afrika Selatan, Oman, Singapura, Australia dan India . Dan sekarang anggota sudah mencapai 20 negara di kawasan Samudera Hindia. Tujuan didirikanya IORA adalah untuk memajukan dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan pembangunan yang seimbang dari Negara Negara anggota. Dengan demikian mari kita Bangsa Indonesia dan seluruh masyarakat turut andil untuk mewujudkan Indonesia poros maritime dunia melalui tulang punggung Samudera Hindia.


Dikutip dari:
·         Materi kuliah Pengelolaan Wilayah Pesisir, oleh Bapak Made Andi Arsana.  23 Maret 2015


Minggu, 22 Maret 2015

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT DENGAN MENERAPKAN PERINSIP PENGELOLAAN TERPADU


Dalam satu dekade belakangan ini, laju kerusakan sumberdaya pesisir telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Kerusakan fisik sumberdaya pesisir umumnya terjadi pada ekosistem mangrove, terumbu karang dan rumput laut. Berdasarkan survei line transect penutupan karang hidup, 6,20 % terumbu karang Indonesia yang masih berada dalam kondisi sangat baik, 23.72 % dalam kondisi baik, 28.30 % kondisi sedang dan 41.78 % dalam kondisi rusak (Suharsono 1998). Dari kondisi terumbu karang tersebut, ternyata terumbu karang di kawasan barat Indonesia memiliki kondisi yang lebih buruk dibandingkan dengan terumbu karang di kawasan tengah dan timur Indonesia.
        Kerusakan terumbu karang umumnya disebabkan oleh kegiatan-kegiatan perikanan yang bersifat destruktif, yaitu penggunaan bahan-bahan peledak, bahan beracun cyanida, dan juga aktivitas penambangan karang untuk bahan bangunan, pembuangan jangkar perahu, dan sedimentasi akibat meningkatnya erosi dari lahan atas. Kegiatan perikanan destruktif ini tidak hanya dilakukan oleh nelayan tradisional, tetapi juga oleh nelayannelayan modern, dan juga nelayan asing yang melakukan kegiatan pencurian ikan di perairan nusantara.
      Nasib yang sama juga terjadi pada ekosistem hutan mangrove. Selama periode 1982-1993 telah terjadi penurunan luas hutan mangrove dari sekitar 4 juta Ha menjadi sekitar 2,5 juta Ha (Dahuri et al 1996). Penyebab penurunan luasan mangrove tersebut adalah karena adanya peningkatan kegiatan yang mengkonversi hutan mangrove menjadi peruntukan lain seperti pembukaan tambak, pengembangan kawasan industri dan pemukiman di kawasan pesisir serta penebangan hutan mangrove untuk kebutuhan kayu bakar, arang dan bahan bangunan. Konversi mangrove menjadi tambak secara besar-besaran terjadi di Propinsi Sunatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Sementara itu, konversi lahan mangrove menjadi kawasan industri dan pemukiman umum terjadi di kawasan padat penduduk seperti DKI Jakarta, Tanggerang dan Bekasi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung Timur.
      Rusaknya ekosistem mangrove dan terumbu karang tersebut telah mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan sumberdaya ikan serta erosi pantai. Penurunan kualitas lingkungan ini menyebabkan banyak tambak tidak berfungsi dengan baik, rusaknya tempat pemijahan ikan (spawning ground) berkurangnya populasi benur dan nener, serta berkurangnya daerah asuhan perikanan (nursery ground). Erosi pantai juga diperburuk oleh perencanaan dan pengembangan wilayah pesisir yang tidak tepat, pengambilan pasir pantai untuk reklamasi, hotel dan kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan untuk menutup garis pantai dan perairannya.
      Penanganan wilayah pesisir terpadu harus dimulai dari perencanaan. Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu merupakan dasar bagi penyusunan dan alat koordinasi dari berbagai perencanaan pesisir yang bersifat sektoral dan dunia usaha yang menjadi asosiasinya serta perencanaan pembangunan daerah. Setiap daerah memiliki karakteristik, sosial budaya dan biogeofisik lingkungan pesisirnya serta kebijakan pembangunan daerah yang berbeda. Sehingga yang disusun setiap daerah akan berbeda dalam hal penentuan prioritas kebijakan, ruang lingkup dan tingkat rincian, tetapi pendekatan yang digunakan dan unsur-unsur  Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu tetap sama
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu
1.  Integrasi Perencanaan Sektor Secara Horisontal
Integrasi perencanaan horisontal, mengintegrasikan perencanaan dari Sektor Pertanian dan Konservasi yang berada di DAS hulu, Sektor Perikanan baik budidaya tambak udang dan ikan maupun perikanan tangkap, Pariwisata alam dan bahari, Perhubungan Laut, Industri Maritim, Pertambangan Lepas Pantai, Konservasi Laut,  dan Pengembangan Kota.
2. Integrasi Perencanaan Secara Vertikal
Integrasi Perencanaan Vertikal meliputi integrasi kebijakan operasional dan perencanaan mulai dari tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten/Kodya, Propinsi, sampai Nasional.
3. Integrasi antara ekosistem terestrial dengan marine.
Perencanaan pengelolaan wilayah pesisir terpadu, menggunakan pendekatan batas-batas ekologis, dengan menempatkan Daerah Aliran Sungai sebagai basis perencanaan. Sehingga dampak dari kegiatan pertanian dan industri serta pembangunan perkotaan di DAS hulu perlu diperhitungkan. 
4. Integrasi antara Sains dan Manajemen
Perencanaan pengelolaan wilayah pesisir terpadu, perlu didasarkan pada input sain yang memberikan berbagai alternative rekomendasi bagi pengambilan keputusan yang relevan sesuai dengan kondisi karakteristik yang sosial-ekonomi budaya dan biogeofisik lingkungannya. 
5. Integrasi antara negara
Pada wilayah pesisir di perbatasan antar negara perlu di integrasikan kebijakan masing-masing negara, seperti di Selat Malaka.
       Pengelolaan sumberdaya hayati pesisir dan laut secara optimal berkesinambungan hanya dapat terwujud jika pengelolaan wilayah pesisir dilakukan secara terpadu dengan definisi yang jelas. Salah satu kunci dalam pengelolaan wilayah pesisir terpadu tersebut adalahadanya visi, tujuan dan sasaran bersama (common vision, goals and target), serta batasan-batasan pengelolaan pesisir wilayah.